Pernahkah anda memikirikan rahasia sesungguhnya dari sebuah kesuksesan? Mengapa di dunia ini ada orang sukses, tetapi lebih banyak lagi orang gagal. Sepanjang sejarah dunia, sejak ribuan tahun lalu, formula-formula untuk menggapai kesuksesan telah banyak dibicarakan orang, tetapi kenyataannya dunia lebih banyak dipenuhi oleh orang-orang gagal daripada mereka yang sukses. Earl Nightingale,salah seorang maha guru motivasi, telah merumuskan kunci kesuksesan hanya dengan enam kata singkat. Perlu diingat, keenam kata uni bukan hanya merupakan kata kunci kesuksesan, tetapi juga bisa menjadi kunci kegagalan seseorang. Apakah keenam kata itu? Keenam kata itu itu adalah “ We become What We Think About” (Kita Akan Menjadi Seperti Apa Yang Kita Pikirkan)
Apakah benar demikian? Mari kita simat cerita berikut ini.
Dua orang pramuniaga bekerja di dua toko yang berbeda yang menjual produk sejenis. Pramuniaga pertama mempunyai sikap yang positif, setiap kali pelanggan mampir ketokonya, ia selalu berpikir dan yakin bahwa sipelanggan itu pasti akan membeli. Ekspektasi posisit akan akan terjadinya transaksi menyebabkan pramuniaga ini melayani dengan antusias dan sikap ini menular ke pelanggan yang masuk ke tokonya. Pada akhirnya, sebagian besar pelanggan itu pun membeli. Berbeda halnya dengan pramuniaga kedua. Pramuniaga ini selalu berpikir bahwa pelanggan yang masuk ketokonya sebagian besar hanya ingin melihat-lihat dan tidak akan membeli. Oleh karena pramuniaga ini selalu berpikir demikian, maka muncullah ekspektasi negative dalam dirinya. Hal ini mengakibatkan ia melayani dengan tidak antusias dan acuh tidak acuh terhadap setiap pelanggan yang datang. Sekali lagi, hal ini menular ke pelanggannya sehingga para pelanggan pun sangat sedikit yang mau membeli.
Apakah benar demikian? Mari kita simat cerita berikut ini.
Dua orang pramuniaga bekerja di dua toko yang berbeda yang menjual produk sejenis. Pramuniaga pertama mempunyai sikap yang positif, setiap kali pelanggan mampir ketokonya, ia selalu berpikir dan yakin bahwa sipelanggan itu pasti akan membeli. Ekspektasi posisit akan akan terjadinya transaksi menyebabkan pramuniaga ini melayani dengan antusias dan sikap ini menular ke pelanggan yang masuk ke tokonya. Pada akhirnya, sebagian besar pelanggan itu pun membeli. Berbeda halnya dengan pramuniaga kedua. Pramuniaga ini selalu berpikir bahwa pelanggan yang masuk ketokonya sebagian besar hanya ingin melihat-lihat dan tidak akan membeli. Oleh karena pramuniaga ini selalu berpikir demikian, maka muncullah ekspektasi negative dalam dirinya. Hal ini mengakibatkan ia melayani dengan tidak antusias dan acuh tidak acuh terhadap setiap pelanggan yang datang. Sekali lagi, hal ini menular ke pelanggannya sehingga para pelanggan pun sangat sedikit yang mau membeli.
Comments :
0 komentar to “INVISIBLE POWER”
Posting Komentar